Thursday, February 3, 2011

Larantuka, Siapa Mau ke Sana?















Larantuka adalah ibukota Kabupaten Flores Timur. Kabupaten paling timur dari bagian Pulau Flores. 

Mempunyai topografi yang cukup unik, meski dekat dengan laut, kota Semana Santa ini tidak hanya mempunyai pesisir datar, namun juga berbukit-bukit di sekelilingnya. Mengelilingi kota Larantuka, karena begitu kecil, cukup ditempuh kurang dari satu jam. Namun, meski kecil, sebagaimana kota pelabuhan, Larantuka adalah kota yang cukup hidup, terbukti banyak perantau dari Jawa, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan yang tinggal berbaur dan kawin mawin dengan penduduk lokal di sini. Tak hanya itu, seluruh fasilitas ekonomi cukup lengkap di sana. Mulai dari kantor bank, pasar tradisional hingga super market, warung hingga restoran (jangan kaget, sama seperti di Ende, warung makan Padang cukup banyak jumlahnya di sini), penginapan dan hotel, terminal angkutan kota dan antar kabupaten (Terminal Weri) hingga bandara pesawat kecil (Bandara Gewayantana) dan pelabuhan laut yang selalu sibuk melayani penumpang feri dari yang terdekat ke Pulau Solor hingga jauh ke kota Kupang di Pulau Timor.

Bila ditempuh dari Maumere, jarak antara Maumere ke Larantuka adalah 140 km. Bermobil dengan kecepatan normal, biasanya hanya memakan waktu kurang lebih tiga jam perjalanan. Banyak angkutan reguler antara Maumere dan Larantuka. Bila dari Kupang, meski tergantung deLarantuka juga bisa ditempuh dengan kapal feri.

Objek wisata menarik yang dapat dikunjungi saat berada di Larantuka adalah Dusun Riang Pedang di Desa Ile Padung (wisata budaya dan alam), Danau Asmara (Tanjung Bunga), Danau Wibelen (Adonara), Pulau Konga, Selat Lewotobi, termasuk gugusan pulau-pulau kecil di sekitarnya, Pantai Oa dan Rako.

Foto-foto dari Peringatan 500 Tahun Semana Santa di Larantuka, Flores Timur
















Catatan dari Peringatan 500 Tahun Semana Santa di Larantuka, Flores Timur










Puluhan ribu orang dari segala penjuru tampak mulai membanjiri kota Larantuka sejak Rabu, 31 Maret 2010 lalu. Peringatan kali ini memang berbeda dan menarik lebih banyak peziarah dan wisatawan untuk hadir karena ini adalah peringatan ke 500 tahun diselenggarakannya Semana Santa di kota ini. Dari panitia perayaan, diperoleh informasi bahwa lebih dari 50,000 orang hadir dalam pekan suci memperingati Paskah ini. Ya, ini sebuah paket wisata dari Kabupaten Flores Timur yang menarik untuk dipromosikan.

Meski telah dimulai sejak Senin sebelumnya, puncak peringatan Paskah adalah pada hari Jumat, dinamakan Jumat Agung (2 April), yaitu yang diawali dengan sebuah prosesi bahari ari Kapela Tuan Menino di Sarotari. Sejak pukul 06:30, masyarakat telah berduyun-duyun memadati pelataran kapela dalam sebuah antrian panjang hingga mencapai bibir pantai . Satu persatu, mereka akan masuk dalam kapela untuk menghormati patung Yesus yang disemayamkan di dalam kapela di samping patung Tuan Menino atau Kanak Yesus sebelum dibawa dalam perahu yang telah dipersiapkan beberapa hari sebelumnya untuk prosesi bahari tersebut.

Kumandang doa sambung-menyambung mengiringi peziarah yang jumlahnya benar-benar diluar dugaan. Tampak beberapa jurnalis dari berbagai media mengabadikan kegiatan luar biasa ini. Cukup lama prosesi ini berlangsung hingga akhirnya prosesi berakhir ditandai dengan seluruh arakan menuju perahu yang telah disiapkan di bibir pantai. Beberapa perahu lain mengikuti di samping dan belakang perahu yang berisi kotak dimana patung Tuan Menino disemayamkan. Sekitar pukul 14:00, prosesi bahari ini berakhir di Pantai Kuce.

Ribuan peziarah yang sebagian besar dalam balutan baju hitam dengan rosario di tangan telah siap di sepanjang pantai menyambut kedatangan arakan. Dari sini, prosesi adat unik ini lalu menyusuri jalan kota Larantuka menuju Kapela Tuan Ma untuk mengarak patung Tuan Ma (Bunda Maria - Matter Dolorosa Ora Pronobis). Kemudian arakan berlanjut menuju Kapela Tuan Ana, hingga berakhir di Katedral Reinha de Rosari.

Setelah beberapa kegiatan di Katedral, pada pukul 19:00, dimulailah prosesi jalan salib yang berakhir hingga pukul 03:00 keesokan harinya dengan mengarak ketiga patung yang dihormati oleh seluruh masyarakat Larantuka, tidak saja oleh umat Katolik, namun juga umat yang lain yang turut serta terlibat dalam setiap prosesi acara, khususnya pengamanan di sepanjang jalan dan lokasi yang menjadi kegiatan prosesi ini.  Sebuah bukti nyata hidup damai berdampingan dalam kebersamaan.
Prosesi Paskah, meski setahun sekali, dapat menjadi paket menarik bila dikemas tidak saja dalam tema religi, yaitu bila digabungkan dengan objek wisata lain, misalnya wisata agro di perkebunan Hokeng, kunjungan ke Pulau Adonara yang masih menyimpan banyak objek wisata alam menarik di sana, atau ke pantai Oa dan Rako. Dengan demikian, selain wisatawan domestik, paket wisata ini tentu dapat menjaring wisatawan asing yang tidak banyak terlihat dalam prosesi ini. Terlebih dengan kalender wisata yang jelas, prosesi ini mudah dan layak dipromosikan.

Siapa Tertarik Mempromosikan Keunikan Bertualang di Alam Liar Flores?







Bagi yang pernah berwisata dan menjelajah Flores, sebagai sebuah destinasi wisata, pulau yang terletak di ujung timur Indonesia ini menawarkan begitu banyak objek wisata alam dan budaya yang beragam dan unik. Namun, hingga saat ini, dibandingkan dengan Bali, seluruh potensi wisatanya tersebut belum tergarap dengan baik. Padahal, begitu banyak wisatawan - bila secara khusus menyebut wisatawan asing - yang berkunjung ke Flores dan tiap tahun, angkanya selalu bertambah. Juga, tanpa ragu kita menyebut bahwa sejak lima abad lalu Flores telah dijelajahi oleh para pelaut Portugis karena terpikat kecantikannya sehingga pulau yang masuk dalam provinsi Nusa Tenggara Timur ini mendapatkan namanya, "Copa de Flores". Tanjung Bunga. Atau, bila mengambil penemuan komodo sebagai tahun dimana wisatawan asing awal berpetualang di Flores - tahun 1910 oleh Letnan Stevnvan Hensbroek - berarti memang telah begitu lama Flores diminati oleh para pemburu objek wisata baru.

Namun, Flores di mata para wisatawan - asing atau domestik - hingga saat ini terlalu identik dikenal hanya karena komodo dan kawah Kelimutunya. Hal ini diperkuat juga dengan paket-paket dari para operator/agen wisata yang memang lebih banyak menjual atau mempromosikan komodo dan Kelimutu. Kalaupun ada paket wisata budaya - mengunjungi desa tradisional, ini lebih banyak menyentuh hanya ke objek-objek yang lokasinya mudah dijangkau dengan kendaraan mobil atau yang lebih dekat dengan jalan raya/besar. Belum banyak tergarap paket-paket yang mengajak para wisatawan untuk memasuki lebih dalam, misalnya ke alam pedesaan, hutan belantara, gunung-gunung, atau menelusuri jalur sungai untuk lebih menyaksikan Flores secara lebih "up close and personal". Menemukan keunikan serta keragaman alam liar dan budaya Flores. Paket-paket wisata seperti inilah yang sebetulnya saat ini banyak dicari dan diminati oleh banyak wisatawan mancanegara. Terbukti dari data "Adventure Travel Trade Association" (ATTA), operator/agen wisata yang tergabung hingga tahun 2009, jumlah pesertanya terus bertambah dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, bila menjadikan data ATTA sebagai acuan, dibandingkan negara Asia lain seperti Thailand misalnya, ternyata belum banyak operator/agen wisata kita yang secara khusus menjual wisata petualangan. Tercatat hanya satu operator wisata khusus wisata petualangan yang terdaftar. Apakah ini benar realitas yang ada? Bila kita mengambil Flores sebagai contohnya, realitas ini memang tidak jauh berbeda. Belum banyak operator wisata yang menawarkan jenis wisata ini kepada para kliennya.

Berdasarkan data ATTA 2009 pada index pengembangan wisata petualangan (Adventure Tourism Development Index), dari studi terhadap 192 negara yang berkomitmen mengembangkan wisata petualangan berkelanjutan (sustainable adventure tourism), ada delapan negara sedang berkembang (developing country) yang teratas yang dapat menjadi contoh bagaimana mereka berhasil mengembangkan wisata tersebut di wilayahnya. Secara berututan dari yang teratas, mereka adalah Republik Slovakia, Israel, Republik Ceko, Estonia, Slovenia, Chile, Bulgaria, dan kemudian Latvia.

Keberhasilan ini tentunya memang didukung oleh semua pihak: pemerintah, swasta, dan juga masyarakat. Dimulai dari para pelaku pariwisata yang lebih mengerti situasi dan kebutuhan pasar, lalu pemerintah dan seluruh perangkatnya menyambut dengan dukungan kemudahan dalam pelaksanaan di lapangan. Misalnya dalam hal perijinan, infrastruktur, fasilitas kesehatan, dan keamanan. Dari sisi masyarakat, secara positif menyambut dengan membuka diri dalam menerima kunjungan wisatawan. Bila semua pihak siap, rasanya tentu sayang bila kue wisata petualangan alam di Indonesia, khususnya Flores, yang masih begitu besar dibiarkan tidak dilirik oleh kita sendiri. Haruskah menunggu orang lain yang mengambil alih dan kita baru tersadar dari mimpi panjang. Jadi, tergelitikkah kita bila ada yang bertanya: Siapa yang tertarik mempromosikan (=mengembangkan) keunikan pengalaman berpetualang di alam liar Flores?